A. Pengertian Manajemen Operasi
Operasi merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengadaan input produksi, melakukan transformasi atau proses produksi untuk menghasilkan output berupa barang atau jasa berdasarkan strategi bisnis serta disesuaikan dengan perubahan lingkungan. Secara umum istilah operasi mengacu pada kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.
Pada dasarnya, Dessler (2004) mendefinisikan manajemen operasi sebagai rangkaian proses pengelolaan keseluruhan sumber daya perusahaan yang dibutuhkan dalam menghasilkan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen. Manajemen operasi merupakan proses dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap suatu jenis kegiatan operasi. Sedangkan menurut Schroeder (1994) Manejemen operasi adalah proses-proses pengambilan keputusan berkenaan dengan fungsi operasi. Manajer operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam perusahaan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas dalam operasi (termasuk produktivitas), mencapai kualitas yang diinginkan, dan mendapatkan kapasitas yang sesuai yang responsive terhadap waktu dan memiliki fleksibilitas.
Dengan demikian kegiatan manajemen operasi adalah melaksanakan fungsi manajemen dalam kegiatan produksi yang dijabarkan sebagai berikut:
Tahap perencanaan meliputi: penentuan strategi operasi, penentuan lokasi pabrik, riset dan pengembangan produk, penentuan jumlah produk, penentuan pola dan luas produksi, penyusunan layout dan job design, serta penentuan standar kerja.
Tahap pelaksanaan meliputi: pengaturan bahan baku, pengaturan proses produksi, pemeliharaan dan penggantian fasilitas, perbaikan lingkunagn kerja, dan perbaikan kesejahteraan pekerja.
Tahap pengawasan meliputi: pengawasan kuantitas, pengawasan kualitas, dan pengawasan biaya produksi dan operasi.
B. Sistem produksi dan operasi
Sistem operasi merupakan sistem yang mengacu pada sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa. Gambaran sisitem ini tidak hanya menjadi pijakan untuk definisi jasa dan manufaktur sebagai sistem transformasi, tetapi juga dasar yang kuat untuk rancangan dan analisis operasi.
Dalam sistem operasi, yang menjadi masukan (input) adalah energi, material, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan sistem operasi yang disandarkan pada kendali syarat akan memastikan berjalannya proses transformasi (konveksi) yang amanah, disamping jaminan halal atas segala masukan yang digunakan serta semua pengeluaran yang dihasilkan.
Lingkungan eksternal mempengaruhi ketiga sub sistem manajemen operasi. Sebagai contoh lingkungan eksternal menyediakan tenaga kerja, bahan mentah yang menjadi input.
Perkembangan tekhnologi dapat mempengaruhi proses transformasi. Produk yang dihasilkan oleh organisasi dilempar ke lingkungan eksternal. Tetapi lingkungan eksternal juga mempengaruhi output yang dihasilkan. Sebagai contoh perubahan preferensi konsumen akan merubah yang dihasilkan organisasi menjadi produk yang lebih sesuai dengan preferensi konsumen tersebut. Alat dan metode dapat mempengaruhi dan membantu proses transformasi.
Ruang lingkup manajemen operasi tidak terbatas hanya pada proses mengubah masukan (input) menjadi pengeluaran (output), akan tetapi juga dari mulai penentuan lokasi dimana proses produksi dilakukan hingga sistem produksi yang akan digunakan.
C. Penentuan lokasi perusahaan dan operasi
Keputusan mengenai lokasi produksi merupakan keputusan penting bagi manajemen operasi sekaligus juga bagi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Terdapat dua kriteria dalam menentukan lokasi produksi:
Kriteria subjektif,Keputusan lokasi produksi berdasarkan pertimbangan subjektif pemilik perusahaan yang mana keputusan subjektif ini akan sangat membantu tercapainya keberhasilan dalam bisnis sekitarnya keputusan subjektif ini didukung oleh berbagai aktor yang memperkuat keputusan subjektif.
Kriteria objektif, mempertimbangkan berbagai faktor yang akan mendukung tercapainya keberhasilan bisnis perusahaan. Faktor-faktor ini dapat berupa regulasi pemerintah seputar bisnis yang dijalankan, faktor budaya masyarakat, akses terhadap pasar dan pemasok, tingkat persaingan, akses transportasi dll.
Lokasi akan banyak mempengaruhi biaya produksi dan kemampuan bersaing antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Pilihan yang lain juga dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan lokasi adalah:
1. Biaya Ruang Kerja.
Biaya untuk membeli ruang kerja seperti gedung, atau kantor dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi yang lain tergantung letak dari mana yang dipergunakan untuk perkantoran.
2. Ketersediaan dan Biaya Tenaga kerja.
Perusahaan dapat memilih lokasi dimana terdapat banyak tenaga kerja dengan keahlian khusus yang diperlukan. Biaya tenaga kerja atau gaji karyawan sangat bervariasi tergantung dari lokasi perusahaan. Gaji dikelola lebih tinggi dari pada didesa.
3. Insentif Pajak.
Insentif pajak ini diberikan untuk menambah lapangan kerja dan memperbaiki kondisi ekonomi di daerah yang menawarkan kredit pajak.
4. Sumber Permintaan.
Biaya transportasi dan jasa produk dapat dikurangi dengan memproduksi dilokasi yang dekat sumber permintaan dari konsumen.
5. Akses Transformasi.
Beberapa perusahaan lebih memilih lokasi dekat sumber utama transportasi agar perusahaan lebih mudah diakses oleh para konsumen.
Lokasi perusahaan diperhitungkan ketika suatu bisnis baru akan membuka usahanya dan atau suatu bisnis yang akan melakukan ekspansi dengan pengembangan internal.
Lokasi Bisnis Manufacturing
Bisnis manufacturing yaitu bisnis yang menghasilkan barang dalam suatu operasunya untuk dijual kepada konsumen. Penentuan lokasinya didasarkan pada biaya angkut bahan baku dan atau barang jadi yang paling murah dibanding alternatif lokasi lainnya.
Model-model penghitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Dengan perbandingan biaya angkut dan jarak yang paling rendah.
Lokasi perusahaan ditentukan pada daerah yang perhitungan biaya angkut, volume dan jarak yang paling rendah. Perhitungan ini dilakukan dengan membandingkan biaya angkut bahan baku dan barang jadi dengan memperhatikan biaya angkut yang paling rendah dan mempertimbangkan volume yang diangkut yang paling pendek antara didaerah bahan baku atau didaerah pasar atau diantara keduanya. Prinsip dalam metode ini adalah perbandingan biaya dan barang jadi dari beberapa kemungkinan lokasi perusahaan ke beberapa lokasi pasar.
2 2. Metode perbandingan biaya operasi.
Memilih lokasi perusahaan dapat dilakukan dengan memperhitungkan keseluruhan biaya produksi dan operasi antara beberapa alternatif lokasi, kemudian dipertimbangkan dan dipilih alternatif lokasi dan biaya operasi yang paling rendah.
3. Dengan pendekatan kualitatif.
Lokasi perusahaan ditentukan karena pertimbangan khusus yang didasarkan pada logika atau citra daerah, misalnya beberapa hal mengenai penentuan lokasi dekat bahan baku (pabrik semen dan minyak), lokasi dekat pasar atau tenaga kerja (elekronik), lokasi pada historis atau citra (rokok).
Lokasi Bisnis Jasa.
Bisnis jasa yang didatangi para konsumen prinsip lokasinya adalah strategis, karena tidak ada biaya angkut, sehingga akan memudahkan konsumen untuk mencari dan mendatanginya. Bisnis jasa yang mendatangi konsumen seperti cleaning service atau lainnya lokasi tidak harus strategis tetapi perlu dikomunikasikan mengenai alamat atau sarana komunikasinya.
D. Pengaturan Proses Produksi dan Operasi.
Keputusan mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting dalam melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan keinginan dan keadaan perusahaan, dengan memilih dari berbagai alternatif proses produksi sebagai berikut:
=> Secara umum terdapat dua jenis proses produksi.
Sistem Produksi Intermiten.
Adalah sistem produksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat tidak terus menerus, berkelanjutan dan menggunakan pola mulai selesai. Artinya kepastian mengenai kapan memulai proses produksi dan kapan menyelesaikannya jelas. Terdapat dua jenis pola produksi yang menggunakan pola Intermiten:
a. Produksi massal.
Umumnya berlaku pada perusahaan manufaktur. Dilakukan melalui standar produksi tertentu, prosedur dan jumlah unit produk tertentu yang secara rutin diproduksi.
b. Pilihan massal (mass customization)
Bahwa produk yang dihasilkan oleh perusahaan memberikan keleluasaan kepada konsumen untuk memilih sesuai selera dan daya beli masing-masing. Perusahaan memproduksi variasi produk yang lebih banyak. Seperti hand phone, dan komputer.
v Sistem proses produksi yang terus menerus (continous production system).
Adalah sistem produksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat terus menerus dan untuk jangka waktu yang relatif panjang kemudian disimpan dalam gudang, disalurkan ke penyalur (distributor) dan dijual kepada konsumen. Contoh perusahaan manufaktur seperti perusahaan kimia, minyak bumi, dan tambang. Sedangkan perusahaan jasa seperti transportasi yang terus menerus memberangkatkan penumpang dari terminal.
=> Proses produksi pelayanan.
v Produksi dengan standar.
Adalah proses produksi yang didasarkan pada standar perusahaan. Standar tersebut didesain dari informasi konsumen. Konsumen membeli sebagaimana barang yang distandarkan tersebut.
v Produksi menurut pemesanan.
Adalah proses produksi yang dilakukan untuk membuat barang sebagaimana yang dipesan oleh konsumen. Jadi bentuknya tidak distandarisasikan tetapi sangat bervariasi.
Sifat dan Tekhnik Produksi.
Tekhnik produksi pada perusahaan manufaktur ada beberapa jenis yaitu:
1. Proses ekstraktif merupakan proses produksi yang hanya mengambil dari alam dan sudah menjadi produk akhir. Ex. Emas, batu bara, dll.
2. Proses analitis merupakan kegiatan produksi yang memisah-misahkan bhan alam menjadi produk akhir. Ex. Minyak, semen, aspal dll.
3. Proses sintesis merupakan kegiatan produksi dengan mencampur bahan-bahan kemudian diolah menjadi produk akhir. Ex. Makanan, minuman, dan obat-obatan.
4. Proses pengubahan yaitu kegiatan produksi dengan mengubah bahan baku menjadi produk akhir. Ex. Barang-barang elektronik.
E. Rancangan Pabrik (Plan layout) dan Sistem Produksi (Production System Layout)
Rancangan atau desain menunjukkan ukuran dan struktur pabrik atau kantor. Tata letak (layout) adalah pengaturan mesin dan perlengkapan didalam pabrik atau kantor. Yang dimaksud pabrik atau rumah produksi merupakan tempat dimana kegiatan produksi dijalankan.
Keputusan mengenai desain rumah produksi merupakan keputusan yang menyangkut bagaimana perusahaan mendesain tempat produksi mulai dari fasilitas, pekerja, ruang, gudang dll. Sebagai contoh untuk perusahaan garmen, perlu ditentukan dimana letak bahan baku, menempatkan pekerja, mesin dan penyimpanan bahan akhir. Begitu juga dalam bisnis restoran, manajer perlu menentukan dimana letak kasir, meja makan, dapur, toilet, hingga lokasi parkir.
Rancangan sistem produksi menyangkut bagaimana proses konvensi dalam sistem produksi dilakukan. Beberapa jenis rancangan dalam sistem produksi sebagai berikut:
a. Rancangan produk.
Adalah rancangan sistem produksi yang bersifat berkesinambungan dari awal hingga akhir dan mengikuti satu pola proses produksi. Sebagai contoh proses pembuatan kain dari kapas hingga kain jadi. Tahapan pembuatan kain tersebut mulai dari bahan baku berupa kapas disiapkan, kapas dipintal menjadi kain dalam mesin pintal, kain yang sudah jadi melalui pembersihan, kemudian kain diwarnai dan dibersihkan lagi kemudian dikeringkan, lalu kain melalui proses penggulungan kemudian digudangkan.
b. Rancangan proses.
Adalah rancangan sistem produksi yang proses produksinya mengikuti jenis proses yang harus dilakukan dan tak selalu harus mengikuti seluruh proses yang ada. Contoh proses pemeriksaan kesehatan disebuah poloklinik, proses dimulai dari pasien datang mendaftar ke resepsionis lalu menunggu diruang tunggu. Proses selanjutnya sangat bergantung jasa apa yang diinginkan oleh pasien. Apakah perlu ke dokter anak, ahli penyakit dalam atau pemeriksaan gigi.
c.Rancangan posisi tetap.
Adalah sistem produksi dimana produk yang akan dibuat diletakkan disuatu tempat, dan berbagai fasilitas seperti mesin, alat produksi, dan tenaga kerjanya mengerjakan proses produksi ditempat tersebut. Contoh pembuatan pesawat terbang, atau proses make up artis.
Keputusan mengenai rancangan dan tata letak mempengaruhi biaya operasi secara langsung karena keputusan ini menentukan harga sewa, mesin dan perlengkapan. Hal ini dapat berpengaruh pula pada pengeluaran untuk bunga karena mempengaruhi jumlah pinjaman untuk membeli properti atau mesin.
Prinsip yang menetapkan layout agar diperoleh jarak angkut minimum, aliran material seimbang dengan kapasitas, penggunaan ruang efektif, dan fleksibel untuk perubahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan dan tata letak adalah karakteristik lokasi terdapat didaerah yang harga lahannya mahal, dapat dirancang gedung bertingkat tinggi agar mengurangi biaya lahan yang dibutuhkan. Proses produksi rancangan dan tata letak akan mempengaruhi ketiga rancangan sistem proses produksi diatas. Jenis produksi rancangan dan tata letak akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya jenis produk yang dihasilkan kapasitas produk yang dihasilkan. Rancangan dan tata letak harus mampu disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan kapasitas jumlah produksi yang diinginkan.
F. Perencanaan Jumlah Produksi dan Penentuan Standar.
Perkiraan jumlah produk yang dibuat diwaktu yang akan datang dan penentuan standar dapat dilakukan beberapa cara, antara lain:
1. Perhitungan forecast produksi.
Forecast produksi didasarkan pada forecast penjualan perusahaan. Forecast penjualan dapat dilakukan dengan metode statistik dan metode pendapatan. Besarnya forecast produksi dirumuskan:
Forecast produksi : Forecast penjualan + Persediaan akhir – Persediaan awal.
|
2. Dasar Penghitungan BEP (unit).
BEP (Break Even Poin) adalah suatu keadaan pada titik atau jumlah penjualan perusahaan tidak mendapatkan laba maupun tidak rugi, yang berarti total biaya (total cost) sama dengan total pendapatan (total revenue). Jumlah produk dibuat harus lebih besar dari unit terjual pada BEP.
Penghitungan BEP mempunyai asumsi bahwa biaya dapat dipisah menjadi biaya tetap dan variabel. Harga jual dan variabel per unit dalam periode penghitungan selalu tetap. Semua produksi terjual habis sehingga kuantitas penjualan sama dengan produksi.
3. Penentuan Standar Kerja.
Standar kerja yang harus ditetapkan meliputi:
v Standar kualitas.
Standar mengenai kualitas barang atau jasa yang dihasilkan dapat dilakukan standar per attribut dari barang atau jasa. Untuk menjamin kualitas barang perlu pengendalian mutu terpadu. Standar kualitas ini mencakup rencana proses produksi, monitoring dan tindak lanjut.
v Standar Kuantitas.
Standar mengenai jumlah barang yang harus dibuat dalam satu periode tertentu untuk mencapai tujuan dan pertumbuhan perusahaan.
v Standar Waktu Proses.
Standar waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi yang normal agar diperoleh efisiensi yang maksimal.
v Standar Produktivitas.
Standar mengenai rasio antara output dari proses produksi dan input yang digunakan. Ukuran produktivitas dapat diukur secara total maupun partial atau bagian-bagiannya.
Ukuran produktivitas antara lain sebgai berikut:
a. Total Factor Produktivity dihitung dengan membagi output perusahaan dengan labor + Capital + Material + Energy input + Business service.
b. Material productivity dihitung dengan membagi output dengan material.
c. Labor productivity dihitung dengan membagi output dengan jumlah labor.
G. Pengelolaan dalam Kegiatan Operasi.
1. Pengaturan bahan baku.
Ini dilakukan dalam mengefisiensikan biaya pemasaran dan penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam satu periode dengan penerapan metode EOQ (Economic Order Quantity) jika asumsinya dapat dipenuhi. Sedangkan untuk efisiensi biaya penyimpanan ekstra dan pengganti bahan baku dipergunakan metode ROP (ReOrder Point).
Metode EOQ dan ROP memiliki asumsi yang sama, yaitu bahan baku selalu tersedia pada levansir, pola produksi yang stabil dalam perusahaan, tarif biaya pesan dan disimpan selalu tetap dalam periode, bahan baku yang dibeli tidak rusak akibat disimpan, dan perusahaan memiliki gedung.
Pengaturan bahan baku juga dapat dilakukan dengan metode JIT (Just In Time) yaitu metode untuk pengelolaan bahan baku tanpa harus memiliki gudang penyimpanan karena bahan baku yang dibeli dari pemasok langsung diproduksi. Jika bahan baku akan habis leveransirselalu menyediakan dan mengantarkan bahan baku sampai lokasi dimana proses produksi akan dilaksanakan. Dalam metode JIT ini leveransir penjual bahan baku tidak boleh terlambat mengirim bahan sebab akan mengganggu proses produksi.
2. Keputusan produksi.
Pengambilan keputusan merupakan tema pokok dalam operasi perusahaan. Keputusan yang dimaksud disini bukan dengan lima fungsi utama manajemen operasi yang meliputi proses, kapasitas, kesediaan (inventory), tenaga kerja dan mutu.
v Keputusan Berkaitan dengan Proses.
Keputusan mengenai fisik berkenaan dengan fasilitas yang akan dipakai untuk memproduksi barang atau jasa. Keputusan ini harus benar-benar diperhitungkan secara matang karena pada umumnya akan terus terpakai dalam jangka waktu yang panjangdan tidak mudah diubah.
v Keputusan Berkaitan dengan Kapasitas.
Keputusan mengenai kapasitas untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat, ditempat dan dalam waktu yang tepat pula. Kapasitas untuk jangka panjang ditentukan dari ukuran fasilitas fisik yang dipakai. Adapun untuk jangka pendek, kapasitas dapat diperbanyak melalui sub kontrak (sift) atau menyewa tempat.
v Keputusan Berkaitan dengan Sediaan.
Keputusan ini mencakup apa yang akan dipesan, berapa banyak dan kapan akan dipesan. Sistem pengendalian sediaan dipakai untuk mengatur bahan-bahan mulai dari pembeliannya sebagai bahan mentah, proses pembuatan sampai menjadi barang jadi.
v Keputusan Berkitan dengan Tenaga Kerja.
Keputusan ini mencakup bagaimana rekrutment, proses seleksi diselesaikan, pelatihan dan pengembangan, supervise, kompensasi dan PHK.
v Keputusan Berkaitan dengan Mutu.
Keputusan yang menyangkut dengan mutu produk harus selalu menjadi orientasi bersama dalam setiap proses operasi penetapan standar, desain peralatan, pemilihan orang-orang terlatih, dan pengawasan terhadap produk yang dihasilkan.
H. Pengawasan Kegiatan Produksi.
Pengawasan dalam kegiatan produksi perlu dilakukan yaitu pada kegiatan perencanaan atau desainnya, proses produksinya, monitoringnya maupun tindak lanjut dari monitoring itu. Setelah pabrik dan rancangan dipilih perusahaan dapat melakukan pengawasan produksi. Pengawasan dilakukan dengan seluruh aspek kegiatan yang berkaitan dengan produksi meliputi.. pada kegiatan proses produksi, pada kualitas produksi atau jasa yang dihasilkan, pada biaya produksi atau operasi yang dikeluarkan pada tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi.
a.Pembelian bahan baku.
Para manager melakukan tugas-tugas berikut ketika membeli persediaan barang. Pertama memilih bahan baku, untuk memeilih diantara para pemasok perusahaan harus memperhatikan karakteristik seperti harga, kecepatan, kualitas, layanan dan ketersediaan kredit. Tugas kedua mencoba mendapatkan potongan harga menurut volume, perusahaan yang membeli bahan baku dari pemasok dapat memperoleh diskon pasokan meski kualitas dipertahankan.
Tugas ketiga adalah menyerahkan produksi pada pemasok, strategi penyerahan sebagian tugas produksi kepada pemasok disebut Deintegrasi. Para produsen juga bisa melakukan outsourching yaitu pembeli komponen dari pemasok daripada memproduksi komponen itu. Outsourching dapat mengurangi pengeluaran perusahaan jika para pemasok dapat memproduksi komponen itu dengan biaya lebih rendah dari produsen.
b. Pengawasan Persediaan Bahan Baku.
Pengawasan persediaan adalah proses mengelola persediaan pada tingkat yang meminimkan biaya. Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin bahwa bahan baku tersedia bila mana diperlukan. Langkah pertama adalah menghitung kebelakang dari produk jadi sampai awal. Untuk menentukan berapa lama bahan baku itu dibutuhkan dimuka sebelum produk sepenuhnya selesai.
Pengawasan persediaan barang yang sedang dikerjakan (work-in process). Perusahaan harus dapat pula mengelola persediaan barang yang sedang dikerjakan (work-in process) yang merupaka persediaan produk yang baru sebagihan selesai.
Pengawasan persediaan barang jadi jika permintaan terhadap produk perusahaan suatu saat berubah, para menager perlu memantau perbedaan dalam penawaran-penawran yang diharapkan. Jika diantisipasi perssediaan terlebih dari satu produk, perusahaan dapat menghindari persediaan berlebih dengan mengarah pilihkansumber dayanya ke arah produk lain.
c. Routing.
Routing adalah urutan (rute) tugas yang perlu untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan baku biasanya dikirim ke masing-masing pos kerja (work station) agar dapat dipakai sesuai spesifikasi proses produksi. Bagian tertentu dari proses produksi diselesaikan disetiap pos kerja. Proses routing dievaluasi secara periodik untuk menentukan apakah bisa ditingkatkan sehingga mendapatkan proses produksi yang lebih cepat.
d.Penjadwalan.
Penjadwalan adalah tindakan menentukan periode waktu untuk setiap tugas dalam proses produksi. Jadwal produksi adalah rancangan untuk timing dan volume tugas produksi. Penjadwalan dapat menunjukkan kapan setiap tugas harus diselesaikan, dengan cara ini para manager dapat mendeteksi apakah proyek bakal selesai tepat waktu. Jika ada tugas yang tidak selesai tepat waktu para menejer harus mencari jalan untuk menghemat waktu pada tugas lain.
Cara untuk menjadwalkan tugas untuk proyek khusus adalah tekhnik evaluasi dan peninjauan program (program evaluation and review technique-PERT). Menjadwalkan tugas dengan cara meminimkan hambatan proses produksi PERT terdiri dari langkah-langkah berikut, bebagai tugas dalam produksi diidentifikasikan, tugas-tugas diatur sesuai urutan pengerjaannya, waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan haruslah diperkirakan terlebih dahulu.
e. Pengawasan Kualitas.
Kualitas adalah derajat dimana barang atau jasa memuaskan persyaratan atau harapan pelanggan. Kualitas berhubungan dengan kepuasan pelanggan yang dapat mempengaruhi penjual dimasa depan dan oleh karena itu mempengaruhi kinerja perusahaan dimasa mendatang.
Pengawasan kualitas merupakan proses untuk menentukan apakah kualitas barang atau jasa memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan dan mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan pada proses produksi. Kualitas dapat diukur dengan menilai berbagai karakteristik yang meningkatkan kepuasan pelanggan. Kualitas produksi dapat dibandingkan dengan tingkat kualitas yang diinginkan untuk menentukan apakah kualitas perlu diperbaiki.
Pengawasan dilakukan dari berbagai waktu dari aktivitas produksi yang meliputi proses menentukan desain atau rancangan produk pada saat pelaksanaan proses produksi, pelaksanaan proses produksi, proses monitoring, hingga sampai proses akhir produksi (finishing).
Cara melakukan pengawasan.
aa.Pengawasan terhadap produk.
- Sertifikasi
Sertifikasi terhadap produk dapat dilakukan dengan mengupayakan sertifikasi berdasar pada standar industri atau asosiasi-asosiasi yang melayani sertifikasi.
- Pelaksanaan Laboratorium.
Ini dilakukan untuk mengendalikan kualitas produk terhadap unsur kimianya yang terkandung dalam produk tersebut.
- Penilaian dari Pendapat Konsumen.
Pendapat konsumen didapat dari survei kepada konsemen dengan mengedarkan daftar pertanyaan untuk dijawab mengenai kualitas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
bb.Pengawasan terhadap proses produksi.
- Penerapan Gugus Kendali Mutu (GKM).
Gugus kendali mutu adalah model pengawasan proses produksi dengan membentuk gugus yang terdiri dari tiga sampai delapan orang pekerja sejenis.
- Perolehan Sertifikasi ISO.
Sertifikasi ISO diberikan kepada perusahaan yang memenuhi standar organisasi ISO pada perencanaannya, proses produksinya, pengawasan atau pada tindak lanjutnya.
cc.Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja (dengan Standar Produktifitas).
Pengawasan ini dilakukan dengan membandingkan antara kinerja para tenaga kerja dengan standar yang ditetapkan sebelumnya.
dd.Pengawasan Terhadap Biaya Produksi.
Dengan management control system. Caranya dengan selalu membandingkan antara anggaran atau standar yang lain dengan realita pembelanjaan dibagian produksi.
2 komentar
Write komentarcopas dikit gan :D
ReplyOK.
ReplyEmoticonEmoticon