ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA

09:48

Realita Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Kita berusaha melihat realita hubungannya, berdasarkan suatu asumsi, bahwa keduanya merupakan kegiatan manusia. Kegiatan manusia dapat diartikan dalam prosesnya dan juga dalam hasilnya. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan hasil daripada berpikir manusia secara sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan), dengan menggunakan metode,-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
Filsafat dan ihnu memiliki hubungan sating melengkapi satu sama lainnya. Perbeclaan antara kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk di- pertentangkan, melainkan untuk saling mengisi,sating melengkapi, ka- rern. pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda. Maka dalam hal ini perlu mernbandingkan antar filsafat dan ilmu, yang menyangkut Perbedaan-perbedaan maupun titik temu antara keduanya.[1]

Posisi Filsafat terhadap Agama dan Ilmu Pengetahuan
Perkataan filsafat mula-mula pada asalnya mempunyai arti yang sederhana, sekedar pembedaan antara sifat manusia dengan sifat yang dimiliki oleh Tuhan berkenaan dengan kepandaiannya. Manusia tidak dapat kita berisifat bijaksana, dia boleh jadi penggernar kebijaksanaan, sedangkan Tuhan sajalah yang bersifat bijaksana. Akan tetapi lama kelamaan perkataan itu digunakan untuk menunjukkan kepada satu aktivitas manusia yang berkenaan dengan pemahaman terhadap dunia secara keseluruhan. Satu aktivitas yang erat sekali hubungannya dengan jiwa dan pikiran yang bebas dalam memahami alam dan dunia yang ada di sekeliling kita. Ituiah sebabnya maka filsafat mempunyai kerjasama yang baik dengan Agama di satu pihak dan ilmu pengetahuan dipihak lain. Bahkan banyak penulis condong untuk mengatakan bahwa agama adalah juga filsafat, filsafat dan kebanyakan orang, sedang ilmu pengetahuan ialah filsafat khusus bagi para ahii dan sarjana.
Seperti dengan Agama, ia memperbincangkan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu pengetahuan, akan tetapi, seperti. Ilmu pengetahuan, ia menggunakan akal manusia lepas dari kekuasaan adat maupun kitab. Semua pengetahuan yang telah nyata dan pasti disebutkan Ilmu Pengetahuan (Science). Semua pasti termasuk dalam agama. Hampir semua masalah yang diperbincangkan oleh filsafat adalah masalah yang tidak dapat dijawab oleh Ilmu pengetahuan, dan jawaban yang oleh Ilmu agama telah tidak lagi memuaskan Adakah alam di dunia ini mempunyai tujuan? Apakah Ruang? Apakah Waktu? Benarkah waktu itu ada, ataukah ia hanya jarak yang ditempuh oleh gerak? Apakah sebenarnya hukum alam ada, ataukah kita mempercayainya hanya lantaran kesukaan kita yang terpendam kepada peraturan? Apakah manusia serupa apa yang tampak bagi ahli perbintangan , sebutir zat arang dan air tak bersih merayap tak kuasa dalam satu planet kecil yang tak penting? Ataukah ia serupa apa yang digambarkan oleh Shakespeare dalam Hamlet? Ataukah ia kedua duanya dalam waktu yang sama? Apakah ada cara hidup yang mulia dan cara lain yarfg hina, ataukah semua ways of life hanyalah permainan kosong? Kalau ada satu cara hidup yang mulia dan terhormat, bagaimana susunannya, dan bagaimana kita harus mencapainya? Haruskah barang yang baik itu bersifat abadi agar patut dihargai, ataukah ia hares li.ita kejar rroeskipun dunia ini, menuju kepada kematian yang tak dapat dielakkan? Adakah sesuatu yang disebut kebijaksanaan, ataukah ia sebenarnya hanya rnerupakan ketololan yang diperlunak?
Pertanyaan serupa tidak dapat kita cari jawabannya dalam laboratorium. Juga jawaban yang diberikan oleh para kaum agama sering terlalu pasti sehingga menjemukan dan menyebabkan pemikiran modern menjadi curig dan ragu-ragu. Mempelaiari masalah serupa kalau tidak menjawabnya dengan pasti, adalah tugas-tugas yang dipikul oleh filsafat. [2]
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Apakah hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis Kattsoff dikatakan: Bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahnan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukannya di dalam ilmu pengetahuan. Namun,i apa yang haws dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin penting. pula bagi seorang filosuf.
Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anagapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah tersebut dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metoda ilrnu pengetahuan.
Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu penaetahuan menaisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat, Banyak ilmuwan yang juga filosuf. Para filosuf terlatih di dalam metoda ilmiah, clan sering pula.menuntut minat khusus dalam beberapa ilrnu se.bagai berikut:[3]
1.    Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan,
sebagaimana juga filosuf identik dengan ilmuwan.
2.    Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objeck material filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.
 Henderson, mernberikan gambaran hubungan (dalam hal ini perbedaan) antara filsafat dan ilmu sebagai berikut:[4] 
Ilmu (Science) 
  1.  Anak filsafat
  2. Analitis, memeriksa semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagiannya. 
  3. Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan obyeknya., netral dan mengabstrakkan faktor keinginan dan penilaian manu- sia.  
  4. Memulai sesuatu dengan me- makai asumsi-asumsi.  
  5. Menggunakan metode eks- perimen yang terkontrol se- bagai cara kerja dan sifat terpenting menguji sesuatu dengan menggunakan peng- inderaan.

Filsafat
  1. Induk ilmu
  2. Sinoptis ,memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan, untuk dapat me- nerangkannya, menafsirkan- nya, dan memahaminya secara keseluruhan. 
  3. Bukan saja menekankan ke- adaan sebenarnya dari obyek, melainkan juga bagaimana seharusnya obyek itu. Manusia dan nilai merupakan faktor penting.
  4. Memeriksa dan meragukan segala asumsi-asumsi. 
  5. Menggunakan semua pene- muan ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan memakai piki ran.
Perbedaan (persamaan) antara Ilmu, Filsafat dan Agama
Ilmu, atau Iengkapnya disebut Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu kenyataan yang tersusun sistematis, dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamalan dan percobaan-percobaan.
Di sini yang menjadi sumbernya adalah hasil penyelidikan dengan pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen), yang kemudian diolah dengan pikiran.
Nilai kebenarannya adalah positif sepanjang positifnya peralatan. yang digunakan dalam penyelidikannva, yaitu indera, pengalaman dan percobaannya. Maka Ilmu Pengetahuan selalu siap untuk diuji lagi kebenarannya. Jadi kebenaran Ilmu Pengetahuan tetap diakui sebagai benar sampai ada pembuktian dengan bukti yang lebih kuat.
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang non empirik dan non eksperimental, diperoleh manusia melalui usahanya dengan fikirannya yang mendalam,. Mengenai objek materialnya, tidak berbeda dengan Ilmu Pengetahuan, yakni mengenai apa saja. Adapun yang berbeda adalah mengenai objek formalnya. Objek Formal filsafat ialah mengenai sesuatu yang menyangkut sifat dasar, arti, nilai, dan hakikat dari sesuatu. Jadi bukan sesuatu yang dapat dijangkau dengan indera dan percobaan. Menjangkaunya hanyalah mungkin dengan femikiran filosofis, yaitu pikiran yang mendalam, logis dan rasional.
Di sini nilai kebenaran spekulatif, karena tidak mungkin diuji engan metoda empirik dan eksperimen. Karcna itu biasanva dalam menghadapi hasil filsafati, orang hanya mengatakan aku cenderung ada pendapat ini, dan tidak setuju pada pendapat itu dan sebagainya.
Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Jadi kebenaran agama bukan merupakan hasil usaha manusia. Manusia tinggal rnenerima begitu saja sebagai paket Tuhan.
Nilai kebenarannya adalah mutlak, karena nilai agama bagi orang yang beriman diyakini sebagai datang dari Tuhan yang Maha Kuasa, diberikan kepada manusia untuk dijadikan petunjuk dan pedoman hidupnya.
Tetapi karena dalam kenyataan agama itu tidak hanya satu tetapi banyak, maka terserah kepada manusia sendiri untuk dengan seksama menentukan pilihannya.[5]
Persamaannya ialah sebagai berikut:[6]
  1. Kedua-duanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyeknya selengkap-lengkapnya sampai habis-habisan.  
  2. Kedua-duanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau pertalian yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
  3. Kedua-duanya hendak memberikan sintesis yaitu suatu pan- dangan yang ber,gandengan.  
  4. Kedua-duanya mernpunyai metode dan sistem.  
  5. Kadua-duanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia akan kebenaran (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendalam yangmengasas.
   Perbedaannya ialah sebagai berikut:[7] 
  • Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum) yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material (lapangan) ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dalam arti khusus masing-masing bidang pengolahannya saja. Inilah yang biasa disebut disiplin ilmiah dari setiap ilmu pengetahuan itu.  Karena sifat khusus dari ilmu pengetahuan itu, maka ilmu pengetahuan itu adalah suatu spesifikasi. Dari spesifikasi itu orang masih terus menerus mengadakan diferensiasi sampai kepada spesialisasi. Oleh karena itu ilmu pengetahuan biasanya disebut ilmu spesial, ilmu pengetahuan mengejar obyektivitas (kebenaran) dan menyatakan bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar, tetapi ilmu pengetahuan tidak dapat memberi jawaban apakah kebenaran itu sendiri. Di lain pihak, filsafat itu bersifat universal, maka pendekatan (approach) filsafat bermuara kepada reflection/contemplation (perenungan-per- timbangan).
  • Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non- fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mengasas. Sedangkan ilmu pengetahuan beisifat fragmentaris dan abstrak dengan peninjauan secara ekstensif dan intensif.
       Dengan ekstensif berarti ilmu pengetahuan itu dalam meninjau obyek materialnya hanyalah sebagai daripada realita. Dengan intensif berarti selalu meninjau obyek materialnya dari sudut pandangan tertentu yang menuju kepada spesialisasi atau pengkhususan masing-masing bidang keilmuan itu.
     Di samping itu obyek formal (sudut pandangan) ilmu pengetahuan itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Misalnya manusia itu berpotensi haus, ia minum.
         Karena masalahnya mengkhusus dan mengteknis, maka aspirasi ilmu pengetahuan itu ialah ketepatan. Ilmu pengetahuan dijalankan manusia dengan mengteknis. Tujuan untuk menyem- purnakan kodratnya, supaya lebih sempurna mengabdi kepada masyarakat.
   Oleh karena manusia dalam hidup dan kehidupannya, pada hakikatnya me,nyempurnakan barang-barang material, maka timbullah beberapa problerna sebagai berikut:
1)     Apakah materi atau barang material itu?
2)     Bagaimanakah hubungan materi dengan kodrat manusia?
3)     Apakah sebabnya tercipta hubungan itu?
4)     Apakah artinya dan manakah batas penyempurnaan barang-barang material itu?
5)  Bila penyempurnaan barang-barang material itu (dengan teknik) ditujukan kepada kebahagiaan hidup manusia, sebagai individual atau maupun seluruh manusia, karena tingkatan penyempurnaan itu belum tentu membawa kebahagiaan hidup manusia, maka apakah dan bagairnanakah fungsi teknis yang sebenarnya untuk manusia itu?
c.    Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang mementingkan kontrol atau pengawasan.
Misalnya untuk mengetahui sesuatu dalam ilmu pengetahuan haruslah diadakan riset.
Oleh karena itu nilai ilmu pengetahuan, timbul dari kegunaannya, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya. 
3. Filsafat membuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan kepada explicitatis dari apa yang terkandung dari pengalaman realita sehari-hari.
Filsafat tidak pernah memikirkan persoalan tentang dari tahu kepada yang tidak tahu, karena untuk tahu tetap juga tidak tahu dan tidak tahu adalah juga sudah tahu tentang sesuatu itu.
Negativitas dari pada tidak tahu adalah sebagian daripada dasar atas sisa tahu secara positif dan visa versa. Apa yang mula-mula, sekarang diketahui sesudah perenungan filosofis tampak menjadi kurang diketahui dan misteri (penuh rahasia).
Bagi ilmu pengetahuan bersifat diskursif, artinya menguraikan secara logis. Prosesnya mulai dari tahu kepada tidak tahu dan hanya ilmu pengetahuanlah yang menemukan pengertian logis.
  • Seorang tokoh Eksistensialisme Gabriel Marcell mengemukakan istilah "Problema dan misteri".
Pada prinsipnya filsafat itu membawa kepada suatu misteri
(penuh rahasia) yang tak dapat dipecahkan sekaligus. Meskipun demikian potensi daripada sesuatu usaha untuk mem- peroleh sesuatu keterangan, maka pemikiran filsafat itu tetap pengertian secara mendalam, karena misteri realita itu sendiri mengajak manusia untuk menembus secara bijaksana dan lebih mendalam serta untuk menjelaskan misteri itu sendiri.
Kadang-kadang situasi ini dinyatakan oleh bayangan dari suatu cahaya yang bersinar dalam kegelapan dan sebagai suatu cahaya, maka filsafat itu memancarkan sinar cahayanya melalui kegelapan misteri.
Di lain pihak suatu problema menggambarkandalam prinsip sebagai sesuatu yang dapat dipecahkan, apabila seseorang dapat mengatur data-data yang cukup dan mengetahui metode yang benar. Pemecahan suatu problema itu dapat membawa kepada persoalan-persoalan baru, minimal sebagian daripada problema itu dapat dipecahkan.
Hal ini adalah persoalan daripada ilmu pengetahuan.
  • Filsafat hendaknya memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak yang mendalam, yang rnengamis (first causes). Sedangkan ilmu pengetahuan menunjukkan sebab-sebab yang :tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secundary causes.
Memang benarlah bahwa ilmu pengetahuan itu hendak mem- berikan penjelasan tentang kenyataan atau realita yang kita alami ini, mengenai manusia dan dunia dan dengan ini memberikan pengetahuan yang pasti, obyektif dan sistematis.


[1]Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta:  Bumi Aksara, 2005,, hal 74
[2]Ahmad Syadali dan Muzakir, Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia, 1999,  hal. 33-34
[3]Ibid, hal. 30-31,
[4]Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta:  Bumi Aksara, 2005,  hal. 75
[5]Ahmad Syadali dan Muzakir, Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia, 1999, hal. 35
[6]Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta:  Bumi Aksara, 2005, hal 78
[7]Ibid, hal. 78-81

Kopi Campur adalah media informasi di era digital

Previous
Next Post »

Featured post

Cara Mengatasi Epson, L300 Eror di Tinta

Kopi campurr - Cara mengatasi epson l300 eror tinta tidak mau keluar - setelah lama tidak pernah posting lagi blog ini, akhirnya malam ini ...